Sabtu, 07 April 2012

Bahasa dalam dunia remaja


            Bahasa adalah penggunaan kode yang merupakan gabungan fonem sehingga membentuk kata dengan aturan sintaks untuk membentuk kalimat yang memiliki arti. Bahasa itu merupakan alat yang sangat tidak memadai untuk berfikir dengan tertib dan untuk melahirkan pendapat (C.P.F.Lecoutere, L. Grootaers).
            Atau dalam arti lain Bahasa adalah sarana komunikasi untuk bisa berinteraksi antara manusia dengan orang lain sehingga terciptanya hubungan yang harmonis.

            Namun pada kenyataannya sekarang ini penggunaan Bahasa Indonesia di kalangan remaja sudah dalam tahapan mencemaskan. Salah satu penyebabnya adalah mereka sudah tidak lagi menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar. Bahasa Indonesia yang digunakan kalangan remaja atau generasi muda itu lebih banyak mencampuradukan dengan bahasa asing. Bahkan, pada penggunaannya sudah tidak melihat tempatnya lagi.
            Dengan banyaknya penggunaan bahasa asing dalam pergaulan anak remaja, maka Bahasa Indonesia sebagai bahasa negara semakin tidak benar lagi penggunaannya. Oleh karena itu dengan tidak digunakannya Bahasa Indonesia baik dan benar, dikhawatirkan akan berdampak pada berkurangnya rasa nasionalisme di kalangan remaja masa mendatang.
            Kita ketahui bahwa Bahasa Indonesia itu sudah mulai dipenuhi oleh bahasa asing yang mungkin saja dapat merusak, salah satunya yaitu bahasa Alay. Jika hal ini kita perhatikan, tatanan bahasa Indonesia kian merasuki E.Y.D yang benar. Namun, kita juga harus terbuka dengan hal-hal yang baru tapi tidak mengindahkan tatanan bahasa yang baik dan benar. Penggunaan bahasa Alay oleh para remaja ABG mungkin dimaksudkan untuk menyingkat karakter agar efisien atau agar orang tua yang kebetulan memergoki mereka ketika ber-SMS atau mencuri-curi membuka hape anaknya menjadi puyeng sendiri karena tidak mengerti.
            Bahasa alay yang kian banyak digunakan oleh generasi muda Indonesia ini hanya punya syarat mengancam dan merusak bahasa Indonesia jika digunakan pada media yang tidak pada tempatnya, sebaliknya jika bahasa alay hanya digunakan sebagai bahasa pergaulan, atau media-media baru yang memilih cara interaksi yang baru, seperti situs jejaring sosial Facebook atau Twitter, maka bahasa “alay” tidak perlu terlalu dikhawatirkan.
            Dampak negatifnya adalah penggunaan bahasa Alay dapat mempersulit penggunanya untuk berbaha Indonesia dengan baik dan benar. Padahal di sekolah atau di tempat kerja, kita diharuskan untuk selalu menggunakan bahasa yang baik dan benar. Tidak mungkin jika pekerjaan rumah, ulangan atau tugas sekolah dikerjakan dengan menggunakan bahasa Alay. Karena, bahasa Alay tidak masuk ke dalam tatanan bahasa akademis. Begitu juga di kantor, laporan yang kita buat tidak diperkanakan menggunakan bahasa Alay. Jadi, ketika situasi kita dalam situasi yang formal jangan menggunakan bahasa Alay sebagai komunikasi.
            Dampak negatif lainnya, bahasa Alay dapat mengganggu siapapun yang membaca dan mendengar kata-kata yang termaksud di dalamnya. Karena, tidak semua orang mengerti akan maksud dari kata-kata Alay tersebut. Terlebih lagi dalam bentuk tulisan, sangat memusingkan dan memerlukan waktu yang lebih banyak untuk memahaminya.
            Solusinya adalah kita harus membiasakan diri belajar mulai dari sekarang berkomunikasi dengan Bahasa yang baik dan benar menurut ejaan dan kaedah yang benar, serta membaca bacaan yang di dalamnya terdapat ejaan atau bahasa yang baik dan benar sehingga nantinya kita akan mempunyai kosa kata yang baik dan benar pula.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan berkomentar.
dan terima kasih jika anda telah berkomentar.